Still About Love

Published July 10, 2013 by prinprincess

Waktu tidak menunggu siapapun. Waktu tidak bisa disuap oleh para koruptor maupun rakyat biasa. Waktu menjalankan tugasnya dengan sangat baik, tidak berlari dan tidak mengulur diri. Waktu juga tidak dapat diatur oleh manusia, waktu hanya berjalan sesuai perintah dari Sang Pencipta. Manusia, mereka hanya mempermainkan dirinya sendiri, seolah mereka benar-benar dapat mengatur waktu. Padahal mereka hanya bermain-main dengannya.

Waktu bisa mengubah segalanya. Itu hanya permainan kata. Waktu hanya berjalan. Material yang hiduplah yang mengubah dirinya sendiri. Cat dinding pudar, bukan waktu yang menjadikannya demikian, tapi zat dalam cat itu sendiri yang mempengaruhi dirinya untuk memudar. Kita manusia, hendaknya jangan tertipu. Kecerdasan memang sangat dibutuhkan hari ini.

Aku sedang mencintai kamu. Walau aku tahu di hatimu ada perempuan lain, aku memilih tetap mencintai. Karena dengan mencintai, aku merasa lebih hidup, lebih manusiawi. Terlebih harus sakit di sana dan di sini, menjadikan aku manusia seutuhnya. Mungkin seharusnya aku sudah melupakan kamu, melenyapkan segala rasa cinta dan kasih sayang untuk kamu. Tapi entah apa yang aku tunggu, aku hanya mendo’akan yang terbaik. Aku sepenuhnya mengerti, waktu tidak akan pernah memberikan apapun walau bertahun-tahun aku menunggu. Aku masih terlalu bodoh bahkan untuk bermain-main dengan waktu. Seharusnya aku membuat semuanya sendiri. Kebahagiaan, harusnya aku menciptakan itu dengan tanganku sendiri, bukan menunggu waktu untuk memberi kepadaku. Lantas mengapa aku masih mencintai kamu? Padahal mencintai kamu, memberikan sejuta rasa sakit untukku.

Suatu hari, kamu berbicara dengan santai kepadaku, benar-benar seperti seorang teman yang tak pernah punya masalah. Ketika itulah aku tahu, aku tak lagi di pikiranmu, tak lagi di hatimu, tak lagi di penglihatanmu. Hatimu sudah berdamai denganku, tak ingin lagi mengungkit masa lalu, tak ingin lagi menyentuh luka yang sudah mengering. Di hatimu mungkin ada rasa bersalah padaku walau sedikit, tapi rasa itu lebih kecil daripada rasa cintamu untuk perempuan lain. Lagipula, rasa bersalahmu tak berarti apapun bagiku, bahkan untuk menandakan bahwa kamupun punya hati nurani, tidak, aku masih keras. Perasaan yang kamu punya terhadapku selama ini sama sekali tak bermakna, perasaan itu bagai balon; indah tapi kosong. Ketika kamu bersamaku dulu, kamu bahkan tak tahu apa-apa, kamu hanya seorang anak kecil. Bahkan pernahkah kamu merasa bersalah terhadapku? Rasanya tidak, kamu hanya meninggalkanku dan mencari penggantiku dan sekarang kamu sudah menemukannya. Begitu mudah bagi kamu.

Tapi aku masih mencintai kamu. Aku tidak bisa membenci kamu. Aku tak peduli lagi dengan kesalahan kamu. Aku bahkan tidak peduli kamu sudah menambatkan hatimu di mana. Aku tidak mau mempedulikan itu. Aku hanya ingin mencintaimu seperti ini. Ya, biarlah begini. Selama aku tidak merugikanmu, tidak apa-apa kan? Bilang padaku kalau aku merugikanmu. Bilang padaku kalau kamu tak butuh dicintai olehku.

Bulan Ramadhan, aku mungkin tahu satu yang kamu pikirkan, yang kamu sembunyikan di balik tweets-mu yang terdengar riang. Aku hanya ingin menenangkanmu, kalaupun tidak, aku hanya ingin terus mendo’akanmu.

Ketika kamu sibuk mencintai perempuan lain, aku di sini sibuk mencintai kamu. Harusnya aku lebih realistis, ya. Kamu kan tidak ingin kembali kepadaku dan harusnya aku sadar akan itu.

Maafkan aku, karena sesekali aku menyimpan kesal padamu. Maafkan aku, karena pernah menjadi hambatan dalam hidupmu. Maafkan aku, yang selalu mengganggumu. Maafkan aku atas segala hal yang telah kulakukan yang tidak berkenan di hatimu. Aku hanyalah seorang perempuan dari masa lalumu. Aku hanyalah seorang perempuan yang mencintaimu, jadi maafkanlah karena aku tak akan pernah berniat untuk merusak  hari-harimu, karena yang dilakukan seseorang yang mencintai hanyalah memperhatikanmu dari jauh dan mendo’akanmu..

Leave a comment