Catatan Tujuh Belas Juni Dua Ribu Tiga Belas

Published July 10, 2013 by prinprincess

CATATAN 17 JUNI 2013

Tahun lalu, aku memelukmu, tepatnya setengah memelukmu, memelukmu yang menenakan baju berwarna biru tua. Aku masih ingat karena kain biru itu begitu melekat dalam pandanganku karena saat itu aku berada begitu dekat dengan tubuhmu.
Aku ingat sekali, bagaimana pipiku bersentuhan dengan bahumu yang super nyaman.
Akupun sangat ingat, bagaimana kamu menggenggam tanganku dengan erat ketika aku bersandar padamu. Waktu itu, kamu memainkan permainan di ponselmu, dan aku hanya diam memperhatikanmu, menggenggam tanganmu, dan dengan betahnya bersandar memanjakan diri.

Dan yang juga sangat kurindukan, kamu menyentuh pipiku barang sedetik saja. Tanganmu dengan ramahnya menyentuh kulit wajahku ini. Katamu, kamu reflek menyentuhku. Dan dengan polos aku berkata bahwa aku senang. Ya, jujur, aku senang dan sekarang aku rindu, aku merindukan tanganmu dan sentuhan ringanmu.Aku merindukan bahumu, salah satu tempat paling nyaman yang pernah kumiliki. Iya, dulu bahu dan tanganmu itu pernah jadi milikku.

Betapa manis kencan singkat pagi kita tahun lalu, ketika kita tepat berusia empat bulan. Betapa polos kita saat itu, sama sekali belum terpikir akan ada masalah yang punya kekuatan besar untuk memisahkan kita. Andai aku tahu, bahwa aku takkan lagi menjadi pemilik cintamu, aku akan menggunakan waktu untuk terus bersamamu dan mempersiapkan hatiku unuk segala kemungkinan yang akan terjadi, hingga tiba waktu untuk kita berpisah, aku akan sudah siap melambaikan tanganku dengan rela. Andai saja semua sesederhana itu.

Tak seperti hari ini, sudah lewat hampir delapan bulan, aku masih saja tertahan di jalan yang dulu pernah ada kamu di sana. Aku masih berjalan sendiri, tertatih, masih mencoba meraih kebebasan, masih mudah digoda oleh kenangan, masih mudah disiksa oleh rindu. Sekarang di jalan ini, aku melihat punggungmu yang semakin menjauh dari pandanganku, bahkan kamu berjalan sambil sudah melihat perempuan lain. Hey sayang, aku masih di belakangmu, aku masih memperhatikanmu. Aku masih siap siaga siapa tahu kamu terjatuh, aku siap mendorongmu kembali untuk bangkit walau dari jarak jauh, walau aku menolongmu dalam do’a.

Hari ini, kita sama seperti tahun lalu kok. Pagi-paginya kita bertemu dulu. Kalau tahun lalu kita bertemu di KFC berdua saja, hari ini kita bertemu di kantin sekolah dengan banyak teman. Kemudian tahun lalu kita berpisah dengan saling menggenggam tangan dahulu, kemudian saling melepas dan melambaikan tangan seraya berkata, “Dadah, hati-hati ya..”, kemudian kita berpisah dengan masih ada hari esok, sementara hari ini kita berpisah dengan tangan kita yang saling bertepukan sekali saja, kemudian tanpa mengucap apapun lagi, kita saling menjauh, tanpa ada hari esok di mana kita akan dapat bertemu lagi.

Dan persis seperti tahun lalu, setelah berpisah denganmu, aku pergi dengan teman-temanku. Kalau tahun lalu aku pergi dengan teman SMP-ku, dengan ponsel yang masih berdering karena adanya pesan darimu, dengan aku yang masih berkeinginan untuk membelikan sesuatu untukmu, dan hari ini aku pergi dengan teman SMA-ku dengan ponsel yang sepi deringan, sepi dari pesanmu, yang ada hanya tiga ribu pesan singkat darimu yang sudah begitu using dan lusuh dimakan waktu, dan aku sudah tak punya alasan untuk membawakanmu sesuatu.

Subhanallah. Betapa luar biasa takdir Allah, yang membuat cerita kita menjadi begitu unik. Aku hanya bisa tertawa, mencoba mensyukuri apa yang telah aku pelajari dari semua ini.

Dan aku masih terus berdo’a untuk kebahagiaanmu, untukmu semoga kamu akan selalu bisa bangkit ketika kamu dijatuhkan dunia, semoga kamu menjadi seorang yang luar biasa pribadinya, semoga kamu menjadi seorang pria sejati, yang mampu membuat seorang perempuan menangis terharu karena luluh hatinya melihat perjuanganmu terhadapnya, bukan menangis sedih karena luka hatinya olehmu.

Jangan lagi kamu membuat perempuan jatuh kepadamu seperti aku, jangan. Jangan kamu sakiti perempuan yang mencintai kamu sepenuh hati, jangan kamu abaikan perempuan yang dengan teguh mempertahankan kamu dalam hatinya, jangan kamu ragu untuk memulai cerita dengan perempuan yang mencintai Allah, jangan kamu sia-siakan cinta seorang perempuan yang tulus, jangan kamu tinggalkan seorang perempuan yang dia tidak rela hatinya disakiti olehmu tapi dia dengan cara yang terhormat tetap mencintaimu.

Jangan kamu berpaling dari perempuan yang tak pernah melepas pedulinya terhadapmu.

Biarkanlah aku, yang penting jangan kamu ulangi perilakumu yang pernah membuatku menangis sedih. Kelak di masa depan, kamu harus menjadi pria seperti ayahmu, yang begitu dicintai ibumu karena ayahmu begitu hebat dan luar biasa. Aku menanti pertemuan denganmu di masa depan nanti, aku sangat mengharapkan pertemuan itu walau sesederhana apapun itu.

Hari ini, aku hanya mampu mengenangmu.

Hari ini tanggal 17 Juni 2013, aku masih mencintaimu.

Leave a comment